Mapan oh Mapan

Tiba tiba terlintas ingatan sepuluh tahun yang lalu,seorang mahasiswa ku,mengatakan wah bapak sudah mapan ya. Aku kaget juga,dan bertanya,kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu. Dia bilang bapak pintar,masih muda sudah jadi dosen,dan sudah punya mobil,artinya bapak khan sudah mapan. Aku langsung tertawa ketika mendengarnya, bukan tertawa bangga tapi tertawa lucu,lugu juga pikiran mahasiswaku ini.

Serta merta aku menjawab saja,saya belum mapan,karena kemapanan itu tergantung dari bagaimana kita menyikapinya,dan kamu pun bisa kok seperti saya. Tapi,bagi dia mungkin kalau sudah punya mobil,itu sudah cukup membuat dia bangga dan merasa sudah mapan. Sepintas boleh saja pemikiran itu,dan ada benarnya,dan kalau semua orang berpikiran seperti mahasiswa ku itu,sepertinya,industri otomotif,property akan hancur,karena semua orang gak akan beli mobil yang lebih mewah dari xenia,dan rumah yang mewah, karena itu saja sudah cukup memberikan kepuasan dan tercapai kemapanan hidup.

Banyak orang dalam berfikir dan bersikap,sepotong potong,malah terkadang bertentangan. Dalam satu sisi,mereka merasa harus hidup hemat,semua harus sesuai anggaran,tetapi yang berkaitan dengan kesenangan tidak bisa di tolerir,sehingga kebutuhan yang harusnya menjadi hal yang pokok terabaikan.
Banyak orang, kalau sudah selesai kredit rumahnya atau mobil,langsung tidak kredit lagi,dengan alasan cape,untuk apa lagi,dan uangnya di tabung saja (bukan ikut asuransi lho), tetapi pada kenyataan nya tabungannya juga ga bertambah banyak, ,mobilnya semakin butut, rumahnya pun semakin sempit,karena anaknya semakin bersar,padahal ada sebuah pemikiran,jika kita punya dua anak,jangan kamarnya yang ditambah,tapi kita harus memikirkan untuk membeli 2 rumah lagi,untuk persiapan mereka besar.

Begitu juga dengan kemapanan,semakin tinggi pendapatan kita,semakin tinggi pula gaya hidup kita,sehingga membuat ukuran kemapanan itu berbeda beda. Jadi yang membuat ukuran nya hanyalah kita yang tau dan mengerti. Ada orang yang penghasilannya tidak besar,tetapi ingin mobil yang mewah agar di anggap sudah mapan,tapi ketika di pinjami uang,langsung kebingungan dan ujungnya di bilang pelit. Karena yang di cari dan dibuat "Topeng" dari dirinya. Topeng itu lah yang banyak sekarang dikenakan di masyarakat kita.Topeng kehidupan,hanya untuk menutupi kekurangan diri.  Salon mobil tumbuh berjamuran,cucian mobil ada di sepanjang jalan, semua itu di buat agar kendaraan sang pemilik terlihat kinclong, tanpa mereka sadari diri mereka tidak pernah sesering mobil mereka dicuci rohaninya,dipoles moralnya.


Dalam mencapai segala hal,sabar dan bersyukur itu penting. 10 tahun yang lalu tidak pernah terbayangkan,memiliki apa yang saya miliki saat ini, punya mobil Toyota Alphard, Fortuner,Harrier, Camry, 2 rumah dan 15 apartemen. Yang saya inginkan dulu memiliki mobil dengan harga terjangkau,yang pada akhirnya kesampean punya Daihatsu Xenia. Tidak perlu korupsi,tidak perlu juga menipu konsumen agar dapat untung besar,untuk membuat Alphard parkir di garasi. Melakukan penataan keuangan itu sangat utama.Setelah kredit Xenia lunas, xenia dijual  dan membeli Daihatsu terios, Terios Lunas, lalu membeli Fortuner, Membutuhkan waktu 8 tahun,untuk menggapai sebuah mobil impian. Dan kenikmatan nya tidak bisa kuungkappan dengan kata kata,sangat bangga,benar benar kerja keras,kesabaran dan rasa syukur .  Begitu juga dengan barang yang lain,capailah dengan sebuah tahapan,seperti layaknya kita membuat pondasi,kalau pondasi keuangan dan jiwa kita kokoh pasti lah bangunannya (harapan) itu tercapai.

Jadi kalau ada yang bilang kita sudah mapan secara ekonomi, tersenyumlah, dan tak perlu juga bersedih kalau yang dimiliki sekarang,masih tidak seperti yang di harapkan, karena Tuhan sudah memberikan jatah rejeki untuk kita sesuai dengan amal dan kerja keras  yang tepat kita lakukan.


Postingan populer dari blog ini

INTERNET Menghapus Kendala Dalam Berusaha

Selamat Jalan Sahabat

Cash Flow Management